Penting buat
mahasiswa di pahami.... silahkan diamati
Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan
makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan
kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan
suatu penelitian.
.
|
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak
hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Variabel :
(Lat) 1. berubah-ubah, tidak tetap; 2. deklarasi sesuatu yang memiliki variasi
nilai 3. berbeda-beda dalam bahasa pemrograman disebut juga simbol yang
mewakili nilai tertentu, variabel yang dikenal di sub program disebut variabel
lokal. sedah yang di kenal secara umum/utuh dalam satu program disebut variabel
global
Data adalah catatan atas kumpulan fakta.
Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang
diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan
yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau
pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa
angka, kata-kata, atau citra.Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi. Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya dinamakan klasifikasi.
Dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, data dicirikan sebagai sesuatu yang bersifat mentah dan tidak memiliki konteks. Dia sekedar ada dan tidak memiliki signifikansi makna di luar keberadaannya itu. Dia bisa muncul dalam berbagai bentuk, terlepas dari apakah dia bisa dimanfaatkan atau tidak.
Menurut berbagai sumber lain, data dapat juga didefinisikan sebagai berikut:
• Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta
• Dari sudut pandang bisnis, data bisnis adalah deskripsi organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transactions)yang terjadi
• Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi
Deskripsi adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri
Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik.
Saat data yang dikumpulkan, deskripsi, analisis dan kesimpulannya lebih disajikan dalam angka-angka maka hal ini dinamakan penelitian kuantitatif. Sebaliknya, apabila data, deskripsi, dan analisis kesimpulannya disajikan dalam uraian kata-kata maka dinamakan penelitian kualitatif.
Dalam sains dan metode ilmiah, empiris berarti suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan.
Dalam statistika, kuantitas "empiris" berarti nilai-nilai yang berasal dari pengamatan atau percobaan. Nilai ini berlawanan arti dengan kuantitas "teoretis" yang diturunkan dari analisis teoretis.
Fakta (bahasa Latin: factus)
ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Catatan
atas pengumpulan fakta disebut data.
Fakta
seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik
karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena
mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya
Dalam
istilah keilmuan fakta adalah suatu
hasil pengamatan yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun.
Diluar
lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan:
- Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas
- Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu pengamatan.
- Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politis yang benar dari suatu pengamatan.
- Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu fenomena.
- Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat
- Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan
- Informasi mengenai subyek tertentu
- Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna
Fakta Ilmiah
Fakta ilmiah sering dipahami sebagai suatu entitas
yang ada dalam suatu struktur sosial kepercayaan, akreditasi, institusi, dan
praktik individual yang kompleks.
Dalam
filsafat
ilmu, sering dipertanyakan (yang paling terkenal adalah oleh Thomas Kuhn) bahwa fakta ilmiah
sedikit banyak selalu dipengaruhi oleh teori (theory-laden), contohnya
adalah, untuk mengetahui apa yang harus diukur dan bagaimana cara pengukurannya
memerlukan beberapa asumsi mengenai fakta itu sendiri.
- gejala, misalkan gejala alam
- hal-hal yang dirasakan dengan pancaindra
- hal-hal mistik atau klenik
- fakta, kenyataan, kejadian
Beberapa
Fenomena yang dijumpai
4.
Gagasan atau ide adalah istilah
yang dipakai baik secara populer maupun dalam bidang filsafat dengan pengertian umum
"citra mental" atau "pengertian". Terutama Plato adalah eksponen pemikiran seperti ini.
5.
Gagasan
menyebabkan timbulnya konsep, yang merupakan dasar bagi segala macam pengetahuan, baik sains
maupun filsafat.
6.
Sekarang
banyak orang percaya bahwa gagasan adalah suatu kekayaan
intelektual
seperti hak cipta atau paten.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila
terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja
menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya
bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila
ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar.
Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun
hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis =
pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah.Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Kegunaan
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:- Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
- Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
- Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis dalam penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis.Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
- Untuk menguji teori,
- Mendorong munculnya teori,
- Menerangkan fenomena sosial,
- Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
- Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
- Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
- Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
- Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
- Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
- Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
- Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
- Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:- Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah
ialah kekayaan pengetahuan
ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat
tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum
atau teori
atau dalil-dalil
ilmu yang sudah diketahui.Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang
tepat.
Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk
perumusan masalah.
- Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan
sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan.
Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah.
Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan
tidak akan terarah.
Fakta
yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi,
karena tidak relevan dengan masalah
yang dihadapi.
Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
- Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di
antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta
yang relevan
dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan
ketepatan memilih fakta.
- Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat
melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang
hal ini.
Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta.
Sebagai contoh sebuah anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah
apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya
bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang
dikenal dengan hukum
gravitasi.
- Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan
hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).
Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.
Falsifikasi(penyalahan)
terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh
fakta yang dinamakan koroborasi
(corroboration).
Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
- Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar
dan dapat diadakan menjadi ramalan
(dalam istilah ilmiah disebut prediksi),
dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Hubungan hipotesis dan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris.Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).
Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi
Tulisan
ini menanggapi pertanyaan saudara sangga pada postingan what is genious mean?
Kerangka
berpikir berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah
pemahaman. Lebih dari itu kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang
melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling
mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.
Untuk
mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah,
diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta
yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang
terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir
(cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan
berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan
keyakinan.
Saya
ambil sebuah contoh, karena dengan contoh ini dapat dengan mudah kita memahami
apa itu kerangka berpikir. Pada SMA saya memiliki sebuah teman yang banyak
sekali membaca buku tentang konsep-konsep islam dan juga umum. Saya agak
‘terhibur’ (membuat saya tersenyum), setiap kali dia membaca sebuah buku dia
akan dengan semangat menceritakan pemahaman dia sesuai dengan yang dia baca.
Tetapi yang lucu bagi saya adalah, pemahamannya seakan ‘berubah-ubah’ sesuai
dengan buku apa yang dia baca terakhir. Apa yang terjadi pada teman saya
tersebut dikarenakan dia belum memiliki kerangka berpikir sehingga apa yang dia
ketahui sebenarnya hanya penggalan-penggalan informasi. Walaupun begitu saya
salut dengan dia karena dia memiliki wawasan yang luas, sayang tidak dibingkai
dengan sebuah kerangka berpikir.
Kemudian
bagaimana mengetahui kita telah memiliki kerangka berpikir?
Seperti
yang saya jelaskan diatas, kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar
yang mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang paling mudah adalah
apakah kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau
pertanyaan sebelum itu, apakah kita telah mengetahui pemahaman apa yang
mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Saya akan jelaskan dengan contoh
lagi.
Ketika
dulu saya belajar mengenai kimia di SMA pada kelas 1, saya benar-benar tidak
memahami apa yang dimaksudkan oleh guru, sehingga mendapat nilai < 6 bukan
suatu perkara yang aneh . kemudian pada kelas
2, secara ‘iseng’ teman saya mengajak saya tuk mengikuti olimpiade kimia,
terima kasih buat teman saya tersebut. Pada soal-soal olimpiade ternyata saya
mendapat sebuah pertanyaan yang lebih fundamental dan tidak terkesan ‘book
oriented’ seperti di sekolah, tapi lebih bersifat analisis dan filosofis. Dari
hal itu saya mulai menyadari ‘kerangka berpikir’ mengenai kimia. Sesungguhnya
hampir semua konsep kimia seperti reaksi kimia, kesetimbangan, laju reaksi,
larutan, pH, dll ditopang oleh konsep stoikiometri. Konsep Mol, atom
keterkaitannya dengan ikatan-ikatan kimia antar atom dan molekul mendasari
semua konsep-konsep kimia. Dari pemahaman yang baik mengenai kerangka berpikir
kimia tersebut, membuat saya dapat dengan cepat mencerap informasi-informasi/konsep-konsep
baru dalam hal kimia, dapat dengan mudah mengkaitkan konsep baru tersebut
dengan kerangka berpikir yang telah terbentuk.
Walaupun
begitu kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, bisa jadi
kerangka berpikir itu memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Pada saat
olimpiade kimia di SMA, saya benar-benar ‘mentok’ dengan pembahasan mekanisme
reaksi. Dengan konsep mol atau atom yang saya pahami sebelumnya, ternyata tidak
bisa saya korelasikan sama sekali dengan konsep mekanisme reaksi. Sama seperti
kita menyelesaikan permasalahan-permasalahan fisika klasik, maka konsep yang
harus kita pahami untuk menciptakan kerangka berpikir adalah hukum-hukum
newton, pengaruh gaya terhadap percepatan (F = ma) dan teman-temannya. Tetapi
ketika masalah yang ditemukan kemudian adalah permasalahan fisika modern
einstenian, dibutuhkan sebuah kerangka berpikir yang lain untuk
menyelesaikannya.
Seperti
saat saya memahami keislaman saya dengan benar, maka hal yang harus dipecahkan
sebelumnya adalah pemahaman yang paling mendasar bagi setiap manusia “dari mana
saya, whats the meaning of my existence in this world, dan akan kemana saya
setelah mati” setelah pemahaman tersebut didapatkan maka saya telah membentuk
sebuah kerangka berpikir mengenai konsep ketuhanan, konsep itu yang akan
menopang keyakinan akan konsep-konsep selanjutnya, seperti konsep monoteisme
dan al-qur’an sebagai wahyu dari sang pencipta. Atau dalam tataran fiqh islam
dikenal yang namanya ushul fiqh, pada dasarnya fiqh praktis maupun ushul fiqh
keduanya bersumber dari al-qur’an dan asunnah, sama-sama sebuah pemahaman.
Tetapi dengan ushul fiqh, kita dapat memiliki suatu acuan yang jelas untuk
dapat menghasilkan fiqh praktis melalu proses ijtihad.
Harus
diingat kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya
sebuah pemahaman maka pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak
sempurna. Ini penting saya jelaskan, karena kadang terdapat orang-orang yang
memiliki kerangka berpikir yang salah yang pada akhirnya melahirkan kesimpulan-kesimpulan
yang salah pula. Sebuah kerangka berpikir yang salah konsekuensinya akan
semakin besar dibandingkan pemahaman yang salah, karena kerangka berpikir
biasanya akan membentuk pola sikap dan pola pikir bagi yang memiliki kerangka
berpikir tersebut. Saya ingin mengambil contoh orang-orang JIL (Jaringan Islam
Liberal) yang jika disimak, ternyata dia menggunakan dalil al-qur’an dan
assunnah tetapi dengan kerangka berpikir ‘kebebasan akal/penafsiran’, sehingga
semakin banyak dalil yang dia miliki, dapat semakin banyak pula kesimpulan
salah yang dia hasilkan.
Kemudian
saya ingatkan pula kerangka berpikir itu layaknya sebuah pondasi pada sebuah
rumah, pondasi tanpa atap, jendela, atau pintu sungguh suatu rumah yang tidak
sedap dipandang, tidak dapat menaungi sang pemilik rumah, dan tidak memberikan
kenyamanan. Atap, jendela, atau pintu dapat diibaratkan sebagai
pemahaman-pemahaman turunan yang dihasilkan oleh kerangka berpikir tersebut.
Semakin banyak ilmu/pengetahuan yang didapat dan dikaitkan dengan kerangka
berpikir tersebut dan semoga diamalkan, maka semakin lengkaplah atap, jendela,
atau pintu rumah tersebut. Tetapi sebaliknya banyaknya ilmu/pengetahuan tanpa
didukung oleh kerangka berpikir yang kuat, bagaikan seorang penghuni rumah yang
mewah tetapi selalu gelisah karena dia khawatir pondasi rumahnya akan hancur
walau oleh sedikit goncangan.
Tetapi
sangat sayang sekali, untuk menciptakan kerangka berpikir bagi saya membutuhkan
waktu, fasilitas dan usaha yang cukup keras. Sedangkan tuntutan pendidikan saat
ini justru tidak melihat hal tersebut, banyaknya materi yang harus dipahami dan
hanya dalam waktu singkat ditambah dengan minimnya fasilitas baik alat maupun
pendidik, menjadi suatu hal yang sangat…sangaaaat sulit bagi kebanyakan orang
untuk menciptakan kerangka berpikir. Oleh karena itu banyak materi-materi
kuliah yang dijalani hanya sebatas informasi jangankan membentuk sebuah
kerangka berpikir, mengubah informasi tersebut menjadi sebuah pemahaman saja
sudah syukur alhamdulillah. (dosen : alasan aja, kuliahnya aja jarang, gimana
bisa ngerti toh mas…, mahasiswa : hehe)
Oleh
karena itu kadang-kadang banyak orang memulai ‘belajar’ untuk menciptakan
kerangka berpikir tersebut justru pada saat dia telah bekerja, karena pada saat
bekerja dia bertemu fakta permasalahan secara langsung, dia coba kaitkan dengan
teori-teori yang pernah dia pahami, kemudian dari beberapa kali usahanya
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut barulah dia mendapatkan
pemahaman. Dari pemahaman-pemahaman yang didapatnya itu dia akan memikirkan
sebenarnya apa yang mendasari permasalahan-permasalahan tersebut, maka
terbentuklah kerangka berpikir dia mengenai permasalahan tersebut.
Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan.Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya.
Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa apa pun. Konsep bisa dinyatakan dengan 'Hund' dalam bahasa Jerman, 'chien' dalam bahasa Prancis, 'perro' dalam bahasa Spanyol.
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain
itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan
mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada
penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam
penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada
sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian
kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei
kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda
dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara
secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah
penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif
kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.
Peserta
diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group
periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan
menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang
dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas
hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada
kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.
Jenis
penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat
efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan
dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan
dalam kasus di mana pengukuran atau survei
kuantitatif tidak diperlukan.
Kerahasiaan
Faktor
yang penting kunci dari kesuksesan dalam organisasi penelitian adalah
komunikasi dengan orang-orang adalah kerahasiaan. Responden survei dan peserta
dalam wawancara mendalam dan fokus grup sering diminta untuk memberikan
informasi secara terbuka, jujur dan pribadi tanggapan tentang isu-isu sensitif,
kekhawatiran, persepsi dan pendapat tentang berbagai topik.
Untuk
mendapatkan kebenaran dari responden, para peneliti harus mampu untuk tidak
hanya menjamin, tetapi untuk benar-benar menjamin, bahwa identitas peserta
penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan dilindungi sepenuhnya. Kerahasiaan
merupakan salah satu alasan utama, di samping kualifikasi khusus , terdiri dari
konsultan independen yang melakukan penelitian dan pengukuran komunikasi
organisasi .
Jaringan
Selain
penelitian yang melibatkan masyarakat dan media komunikasi yang dihasilkan, kegiatan
dan manajemen komunikasi dengan responden terdapat aspek penting lainnya yaitu
organisasi komunikasi yang belajar untuk sepenuhnya pemahaman dimensi tentang
bagaimana sebuah organisasi berkomunikasi dan apa yang bekerja dan apa yang
tidak dalam hal ini termasuk pemeriksaan penggunaan pola komunikasi elektronik
sistem seperti e-mail, Voice-Mail, intranet, dll, analisis pola arus komunikasi
dalam jaringan, sistem umpan balik dan komunikasi informal seperti memo.
Penelitian
di daerah-daerah yang sering dilakukan oleh sistem teknologi komunikasi dan
audit personil profesional seperti lembaga periset.
Penelitian
kuantitatif
adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif
adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis,
teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral
dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang
fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
hubungan-hubungan kuantitatif.Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan.
Beberapa survei dengan melalui pertanyaan tertulis dan tes, kriteria yang sesuai untuk memilih metode dan teknologi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai macam responden survei, survei dan administrasi statistik analisis dan pelaporan semua layanan yang diberikan oleh pengantar komunikasi. Namun, oleh karena sifat teknisnya metode pilihan pada survei atau penelitian oleh karena sifat teknis, maka topik yang lain tidak tercakup dalam cakupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar